Pukul 02.15 dini hari.

“Gak mau dibangunin aja kak pacarnya?”

Cinda menoleh, bukan karena sebutan pacar, lagi pula wajar bartender berpikiran seperti itu, seorang gadis rela datang pukul 2 dini hari hanya untuk pemuda yang kelewat mabuk. Cinda menerima satu gelas air mineral dari bartender. Sudah tiga puluh menit gadis itu tiba dan duduk di meja bartender mendapati Aristama tengah menopang kepala di lipatan tangannya. Menurut informasi dari bartender, Aristama sudah tertidur sejak tiga puluh menit yang lalu.

“Dia dari tadi sendirian?” tanya Cinda.

Bartender itu mengangguk.

Cinda mengulum bibirnya, ragu-ragu ingin mengulurkan tangannya ke pucuk rambut Aristama, berniat membangunkannya. Sampai akhirnya tangannya mengambil alternatif menyentuh pundak Aristama, sedikit menggoyangkannya.

“Ar, lo denger gue?” Cinda mendekatkan wajahnya, samar-samar mendengar Aristama mengigau.

Benar saja, perlahan iris mata Aristama terbuka, tatapan pemuda itu masih sayu. Aristama mengerjap, mengedipkan mata berkali-kali untuk melihat gadis di depannya.

“Cin ... Cinda?”

Aristama langsung membangunkan tubuhnya, diikuti oleh Cinda yang juga mengegakkan kembali tubuhnya.

Aristama menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menetralkan kesadaran. Ia kembali menatap Cinda, pelan-pelan dia mengulurkan tangannya, Cinda diam saat tangan Aristama sudah berhasil menyentuh pipi sebelah kanannya.

Seperkian detik hingga keduanya sama-sama sadar, Aristama menarik tangannya, Cinda yang terkejut langsung mengalihkan pandangan.


Aristama dan Cinda berada di Pajero milik Aristama, cowok itu sudah lebih baik dari sebelumnya, walau tentu dia tidak bisa langsung mengemudi saat ini juga.

“Makasih, Cin. Maaf karena lo sampe harus kesini,” kata Aristama yang baru saja meneguk satu kaleng susu putih.

“Gue juga bingung kenapa gue sampai kesini”

“Gue udah hubungin Gio, nanti dia yang nyetirin kita pulang”

“Are you okay, Aristama?” “Sebelumnya lo sendiri yang bilang ke gue, kalau lagi ada masalah, jangan minum sendirian, bukannya lo sebelumnya juga bisa tahan gak minum?”

“Im not okay, Cinda. Im sorry, i lost.”

“It's really hurt you?”

“No, i just ... lost”

“Saat lo liat gue, apa yang lo pikirin?”

“Erka, Radiokampus, penyiar radio.”

“Hm, it's me.” “But not for my mom” “Bokap gue pejabat pemerintah, ini tahun ketiga perceraian mereka, papa mau gue fokus kuliah dan ngejalanin segala prosedur untuk jadi kayak bokap, awalnya nyokap gue gak masalah gue mau ngelakuin apapun, tapi setelah perceraian mereka, nyokap terobsesi untuk ngebuktiin ke keluarga bokap kalau mama bisa ngedidik gue jadi seperti yang bokap mau karena selama ini keluarga bokap selalu ngeremehin mama”

“Gue gak mau Cinda, gue udah jatuh cinta sama apa yang gue lakuin, gue ngerasa jahat sama nyokap tapi gue gak mau nyerah hanya karena obsesi nyokap atas validasi keluarga bokap gue.”

“You did well, Ar. Good choice, di luar semua itu nyokap lo pasti bangga sama lo”