janji putih

Agenda potong kue dan makan malam sudah selesai, keempatnya memilih menikmati hidangan makan malam di ruang tengah alih-alih di meja makan. Hidangan malam itu adalah sop buntut buatan Bunda Linda seperti biasanya.

Bunda Linda dan Om Amar sibuk berbincang yang sesekali ditimpali ledekan candaan dari Hagan yang beberapa kali menghasilkan omelan dari Bundanya. Sementara Richi hanya ikut meramaikan dengan tertawa karena larut dengan selera humor keluarga ini.

“Nyanyi dong, Nda. Ayah yang gitarin.” Celetuk Hagan.

“Ih malu ah Bunda.” Jawab Bunda Linda.

“Ih malu sama siapa sih, Nda. Biasanya juga nyanyi sambil nyci piring.” Kata Hagan lagi, kakinya sudah melangkah mengambil gitarnya di ujung ruangan setelah mendapat perintah dari sang Ayah yang menyetujui usulan Hagan tadi.

“Ayo, Bun. Mau lagu apa.” Om Amar sudah mengambil alih gitar yang dibawakan oleh Hagan.

Richi tersenyum riang melihat kedua orang tua itu yang masih saling berseteru memilih lagu favorit masing-masing.

Richi mengaku sangat bahagia, melihat keluarga yang bisa menyempatkan waktu bersantai bahkan bercanda seperti keluarga Hagan ini adalah suatu hal yang langka. Dirinya belum pernah merasakan kehangatan ini di keluarganya, bahkan mungkin tidak akan pernah lagi mengingat kondisi keluarganya yang semakin tidak baik setiap harinya.

“Janji putih aja deh lagi kayak biasanya, dari pada debat mulu gak nemu-nemu.” Usul Hagan yang memotong perdebatan kedua orang tuanya yang masih memperdebatkan antara genre dangdut ataukah genre pop yang akan mereka bawakan malam ini.

Kedua orang tua itupun mengalah dan mengambil keputusan. Judul lagu sesuai saran Hagan yang menjadi pilihan mereka.

Hagan sempat mendengus karena untuk apa sebenarnya perdebatan panjang tadi kalau akhirnya lagu yang mereka pilih adalah lagu yang sudah sering keduanya mainkan.

Petikan gitar dari Om Amar masuk sebagai intro, di sebelahnya Bunda Linda sedang mengambil ancang-ancang untuk masuk bernyanyi.

Richi mengetahui kalau Keluarga Hagan memang menyukai musik, Hagan adalah buktinya, laki-laki itu pandai bernyanyi, memainkan gitar, hingga bermain piano.

Bunda janji bunda jaga Ayah untuk selamanya Bunda janji akan setia Hanya untuk satu cinta

Satu bait pertama lantunan suara Bunda Linda sudah mampu membuat Hagan menjerit salah tingkah, Bunda Linda menghayati lirik lagunya dengan merangkul suaminya dan bernyanyi sambil tak luput untuk saling memandang.

Hagan dan Richi sudah saling tersipu satu sama lain meski hanya duduk sebagai penonton menyaksikan pasangan yang sudah menikah lebih dari dua puluh tahun itu saling beradu cinta.

Hagan bahkan sudah menyembunyikan senyumannya di balik punggung Richi, entah ia senyum karena ikut tersipu ataukah karena malu melihat dua sejoli di hadapannya itu.

Ini cinta yang bunda punya Dari relung hati jiwa Cuma par ayah sajalah Cinta ini abadi selamanya

Bunda Linda menyelesaikan lirik lagunya dengan baik, Hagan dan Richi bertepuk tangan bersamaan, bedanya mata Richi malah berkaca-kaca tampak terharu melihat kebersamaan keluarga ini dan bagaimana kompaknya kedua orang tua Hagan saling menyayangi. Penuh cinta dan kasih sayang.

“Ih Richi kenapa sedih?” Bunda Linda menyadari mata Richi yang semakin tampak berkaca.

Pada dasarnya buliran bening dari mata itu sudah ia tahan mati-matian untuk tidak jatuh tetapi teguran dari Bunda Linda langsung meloloskan dua bulir bening itu dari mata cantiknya. Richi langsung menutup matanya dengan kedua tangan. Bibirnya masih tersenyum.

“Aduh nangis nih anak orang, Nda.” Hagan mendekat dan meraih pundak Richi dengan tangan kanannya, sementara tangannya satu lagi sudah ia naikkan ke bagian atas kepala Richi dan mengusapnya pelan di sana seperti mendiamkan bayi yang tengah menangis.

“Gak apa-apa kok, Bun. Terharu aja.” Kata Gadis itu yang masih mempertahankan senyumnya, ia meraih beberapa lembar tisu yang sudah diambilkan oleh Hagan dan langsung mengusapkannya di bagian mata.

“Keren banget Om sama Bunda, saling sayang satu sama lain yang masih gak pudar sampai sekarang. Richi cuman ngerasa cemburu karena gak bisa liat pemandangan kayak Om dan Bunda setiap harinya.” Lanjut Richi.

Bunda Linda tersenyum simpul, ”nak, semua pasangan pasti pernah saling menyayangi, tapi memang gak semua orang bisa bertahan. Dan Richi harus tahu, ada hubungan yang memang gak bisa dipaksa untuk selalu sama-sama, Richi udah hebat sampai sekarang. Hubungan orang tua boleh hancur, tapi Richi jangan sampai hancur. Bagaimanapun keadaan sekarang pasti terjadi bukan tanpa alasan, mungkin sekarang Richi gak bisa lihat keharmonisan keluarga setiap hari, tapi Richi bisa berjanji untuk diri sendiri kalau udah jadi orang tua nanti jangan jadikan anak kamu merasakan hal yang sama, ya?”Kata Bunda Linda dengan sangat lembut dan cukup menancap di benak Richi.

Alih-alih langsung berterimakasih, Richi malah kembali tertunduk untuk menyembunyikan air matanya. Sungguh Richi ingin memarahi dirinya saat ini karena menjadi secengeng ini.

“Aduh-aduh mellow banget sih, Chi.” Hagan menarik Richi dan merangkulnya, adegan menepuk-nepuk kepala kembali ia peragakan.

Sementara kedua orang tua di hadapannya masih tersenyum simpul membiarkan Richi menuangkan emosinya.

“Makasih ya Bunda, makasih ya Om.” Kata gadis itu lirih. Masih sibuk menyembunyikan air matanya.

“Iya iya, sama-sama.” Bukan Bunda Linda yang menjawab, bukan juga Om Amar. Tapi Hagan yang bahkan tidak disebutkan namanya diucapan terimakasih Richi sebelumnya.


note:

scene nyanyi janji putih ib by @Rima_widiana on tiktok

GW BENER BENER BAYANGIN AYAH BUNDANYA HAGAN TUH BEGITU