Hello, Boy.
Sinar matahari terus berangsur ke arah barat yang menghasilkan cahaya hangat disertai angin tipis-tipis yang menambah kesan sejuk di halaman rumah Janu dan Nina sore ini. Taman di halaman diubah menjadi garden party bernuansa kuning lembut yang menjadi tema yang diusung hari ini. Si tuan rumah sengaja memilih warna soft yellow sebagai warna utama karena melambangkan kebahagiaan dan rasa optimis, selain itu Nina dan Janu menghindari warna yang menjurus ke warna laki-laki ataupun perempuan seperti merah muda dan biru.
Acara sore ini disusun sederhana tetapi tetap menunjukkan effort-nya sebagai suatu perayaan. Tidak banyak yang diharapkan hadir, hanya keluarga inti dari Janu dan Nina, sahabat-sahabat dekat Janu dan Nina, serta beberapa peran-peran penting di sekitar Janu dan Nina.
Di halaman yang sudah tersulap indah itu tersedia 5 meja bundar dengan masing-masing 7 kursi di sisi-sisinya. Di sisi halaman sudah tersedia 3 spot prasmanan dan tidak jauh dari spot utama disediakan mini playground mengingat akan banyak anak-anak yang datang mendampingi orang tua mereka masing-masing.
Lalu untuk hiburan yang disajikan, awalnya tidak ada sama sekali, tetapi rencana kilat yang disusun h-3 sebelum acara yang akhirnya Janu, Ezra, Reon, dan Naufal bersedia menampilkan pertunjukan lagi untuk pertama kalinya setelah mereka memutuskan untuk pensiun beberapa tahun yang lalu sebagai sebuah grup band.
Beberapa waktu sebelum jadwal acara yang dijadwalkan dimulai, kediaman Janu dan Nina sudah ramai. Keluarga besar lah yang paling pertama hadir, ada Vanessa bersama Kenzo—yang meski hari ini tidak didampingi suaminya yang tidak bisa hadir, kemudian Bapak dan Ibu Nina yang tetap kompak hadir meskipun sudah tidak lagi bersama, lalu kedua adik perempuan Nina—Kania dan Ashila. Keluarga inti sudah duduk di spot yang disediakan.
Kemudian rombongan sahabat Nina datang satu persatu, yang pertama adalah Clairy dan Suami beserta anak perempuan mereka yang belum genap setahun, keluarga ini datang pertama meskipun sejatinya Clairy dan keluarga menetap di Bali, tetapi untuk acara ini mereka meluangkan waktu khusus untuk terbang ke Jakarta. Setelah Clairy, disusul Shera yang juga bersama suami dan anak perempuannya yang sudah bisa berjalan riang.
Terakhir, Eline datang dengan keriwehannya sebagai sahabat yang mengclaim dirinya sebagai rich aunty. Ia tentu tidak datang dengan tangan kosong, karena ini pertemuan pertama bersama sahabatnya setelah tidak bertemu dalam waktu yang lama, ia memutuskan membeli oleh-oleh untuk anak-anak sahabatnya, termasuk bayi Nina yang bahkan belum diketahui identitasnya.
“Nih, Nin. Karena kemungkinan gue nggak bisa balik pas lo lahiran, jadi lo terima duluan kado buat ponakan gue itu, early born gift dari aunty eline yang cantik,” ucap Eline sambil memberikan goodiebag berukuran besar lalu menepuk pelan perut Nina yang sudah semakin besar.
Beralih ke rombongan Neoband sebagai sahabat-sahabat Janu, berbeda dengan Nina yang menyambut sahabatnya yang datang satu persatu, Janu hanya perlu melakukan hal tersebut satu kali karena ternyata rombongan keluarga Naufal dan Reon datang secara bersamaan di waktu yang sama, kita kesampingkan Ezra yang sudah datang sejak siang hari karena benar-benar ikut andil dalam urusan per-EO-an.
Janu menyapa istri dan anak-anak sahabatnya. Naufal datang lengkap dengan istri dan 2 anaknya, anak pertama perempuan yang menjadi putri kecil pertama di tengah persahabatan mereka itu kini sudah berusia lebih dari 3 tahun dan anak kedua Naufal adalah bayi laki-laki yang baru genap berusia 6 bulan. Kemudian Reon yang juga datang lengkap bersama istri dan anak laki-lakinya yang sedang belajar berjalan.
“Weits, harmonis banget nih persahabatan sampe datang barengan gini,” suara Ezra muncul dari belakang Janu yang baru saja menyapa anak-anak lucu sahabatnya.
“Lo gue liat-liat semakin kayak yang punya acara dah,” timpal Reon yang baru saja duduk di kursinya.
Ezra cekikikan.
“Lo gak tau aja ini dia baru berani keluar lagi sejak mantannya dateng,” kata Janu santai tapi menyindir, Ezra yang mati kutu tak mampu mengelak memilih mengalihkan perhatian ke Aira—anak pertama Naufal—seakan ia tidak mendengar apa-apa.
“Oalah baru liat gue, udah lo sapa belum Zra? kisah lama belum kelar-kelar nih?” Reon yang sebenarnya sudah tahu jawabannya hanya ingin menggoda Ezra yang kini sudah memasang wajah sinis.
Sejak Eline datang, Ezra lebih banyak masuk ke dalam rumah mengurus hal yang sebenarnya tidak perlu ia urus, kemudian saat harus keluar ia sebisa mungkin tidak mendekat ke meja sahabat-sahabat Nina, hal yang sama juga dilakukan Eline yang bertingkah seakan tidak ada Ezra—Mantan pacar 5 tahunnya.
Janu dan Nina sendiri sebenarnya bingung dengan kisah Ezra dan Eline, kedua—mantan—sejoli itu masih terus perang dingin hingga sekarang meskipun sudah bertahun-tahun sejak keduanya berpisah dan tidak pernah berhubungan lagi. Namun, baik Janu maupun Nina juga tidak ingin ikut campur banyak, mereka tidak tahu serumit apa perasaan yang pernah ada atau mungkin masih ada antara Ezra dan Eline.
Acara sudah akan dimulai, keluarga dan sahabat-sahabat lengkap berdatangan, dan tim EO sudah merampungkan seluruh hal yang dibutuhkan. Sekarang Janu dan Nina sedang memulai dengan memberikan welcoming speech.
“Sekali lagi, terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk hadir dan senang rasanya bisa bertemu kembali dengan sahabat-sahabat secara intimate seperti ini,” ucap Janu sebelum memberi kesempatan lagi untuk Nina melanjutkan sambutannya. “Kami benar-benar berharap sore ini bisa dihabiskan dengan kehangatan, terlepas dari penyambutan gender reveal anak kami, sebetulnya acara ini memang bertujuan untuk saling bertemu kembali dengan orang-orang terdekat, jadi harapannya kita semua bisa sama-sama menikmati hari ini.” Nina menutup speech-nya dengan sempurna dan disambut tepuk tangan oleh semua mata yang tertuju pada Janu dan Nina yang kini saling bertukar senyum bahagia.
Acara berjalan dengan baik hingga memasuki waktu early dinner, Janu dan Nina bergantian bergabung ke tengah keluarga mereka, kemudian ke sahabat-sahabat Janu, lalu ke sahabat-sahabat Nina. Mereka seakan lupa bahwa inti dari acara adalah gender reveal yang memang sengaja disimpan di akhir acara.
Sekarang waktunya untuk Neoband reborn, entah sudah berapa menit keempat laki-laki dewasa di depan itu melakukan check sound, kalau dulu saat-saat perform selalu diisi dengan kehebohan dan gombalan-gombalan kecil, sekarang mereka jadi jauh lebih jaim, kecuali Ezra yang masih memiliki sikap slengean dan dapat mencairkan suasana di depan.
“Maaf ya, teman-teman saya udah bapak-bapak semua jadi udah lama nih gak pegang alat musik,” celetuknya tiba-tiba mencairkan suasana yang membuat semua orang yang menunggu reflek tertawa.
Tidak lama setelah itu mereka akhirnya menunjukkan jati diri sebagai mantan anak band profesional yang sudah pernah merilis album sendiri. Dalam sekejap, Neoband kembali menghibur pasang mata yang menyaksikan mereka, meski kali ini dengan warna yang berbeda tetapi tidak mengurangi rasa bahagia orang yang melihatnya.
Lantunan musik yang mengiringi suara Reon sebagai vokalis tak pudar menghasilkan sahutan bahagia dari semua orang yang hadir, mereka benar-benar menuntaskan kerinduan pekerjaan masa mudanya hingga mereka berempat tidak sadar bahwa mereka sudah tumbuh bersama-sama dalam waktu yang lama.
“Good job, our baby will be so proud of you,” Nina tersenyum tipis sambil menggandeng lagi tangan Janu yang baru datang menghampirinya setelah perform comeback dadakan bersama Neoband. Januar ikut tersenyum membalas Nina dengan elusan di punggung tangan wanita itu.
Setelah dessert time selesai, penghujung sekaligus inti acara pun dimulai. Lantunan musik mengiringi dimulainya ceremony gender reveal tersebut, bahkan hadirin yang awalnya setia dengan tempat duduk masing-masing, kini bersama-sama berdiri mendekat agar bisa melihat Janu dan Nina sebagai pemeran utama yang sudah berdiri di depan menjadi pusat perhatian.
Jika biasanya Gender Reveal identik dengan meletuskan balon dan menunggu warna apa yang akan keluar dari dalam balon, konsep milik Janu dan Nina berbeda. Event Organizer mereka menyusun dengan konsep raport, hampir sama persis dengan raport di acara idola cilik yang apabila raport tersebut dibuka, akan menunjukkan hasil di baliknya. Ini adalah ide Ezra, meskipun terkadang menyebalkan, dia benar-benar ikut andil banyak membantu EO acara hari ini.
Raport gender reveal itu sudah berada di tangan Janu dan Nina, ketegangan dan rasa penasaran murni terlihat dari kedua calon orang tua itu karena mereka benar-benar belum tahu gender dari anak mereka sendiri. Tidak ada yang tahu selain Dokter Vanya yang juga hadir hari itu dan head event organizer yang dipercayakan membuat raport yang mana head event organizer itu juga masih termasuk kerabat Janu.
“Aduh aduuuhh berasa lagi ikut idola cilik beneran tegangnya,” Ezra sudah mengambil alih menjadi pemandu acara, ia lihai menjelaskan apa yang kemungkinan muncul dari balik raport buatan tersebut.
“Saudara Reon dan Naufal siap-siap kalah dari saya ya,” tambah Ezra yang merujuk pada Reon dan Naufal yang sama-sama sedang memegang stik bertuliskan “girl” menandakan tebakan mereka adalah anak perempuan, berbeda dengan Ezra yang percaya diri dengan stik bertuliskan “boy” yang ia genggam di tangan kirinya.
“Kita lihat dulu, oh sahabat-sahabatnya Nina rata-rata juga milih perempuan...” komentar Ezra sembari memperhatikan rombongan sahabat Nina, meskipun di akhir nada suaranya tiba-tiba menurun karena tidak sengaja menangkap pilihan yang sama antara dirinya dan Eline.
“Oke, keluarga besar mempelai kita pilihannya hampir imbang antara bayi laki-laki dan perempuan, wah seru nih, kalau gitu kita hitung mundur bareng-bareng...,”
Ezra menambah volume suaranya, keadaan semakin seru, Janu dan Nina saling bertatapan sebentar memberikan tatapan meyakinkan sambil menunggu hitungan mundur dari Ezra yang diikuti oleh hampir semua orang yang sedang menyaksikan.
“3...,2...,”
”...1.”
Janu dan Nina kompak membuka raport tersebut bersamaan, sehingga dalam sekejap isi raport tersebut menjadi primadona, detik selanjutnya teriakan bahagia dan tepuk tangan mengiringi hasil yang sudah terlihat.
Hal yang pertama kali dilakukan oleh Janu adalah mendekap hangat Nina saat itu juga, “Thank you, love.” Nina membalas dengan senyum yang tak pudar sedikit pun. Ia sungguh bersyukur, terlebih saat melihat tidak ada raut yang Nina takutnya muncul dari semua orang yang dilihatnya hari ini, bahkan Nina dapat melihat senyum mertuanya—Papa Jeremi—yang muncul dari layar ipad Vanessa, sedang ikut berbahagia dari jarak jauh.
“CONGRATULATIONS IT'S A BOY!!” Teriak Ezra sekali lagi menyimpulkan kebahagiaan sore itu, tepuk riuh dan tawa bahagia masih terus terdengar jelas.
Dear little boy, you will be shine, see you.