047. First Sight – Easy to Love
Ruangan yang lenggang tidak begitu terpedulikan oleh gadis berambut panjang yang kini tengah duduk manis di sofa bundar tepat di tengah-tengah lobi selebar 3x3 meter itu.
Erka. Radiokampus. Unit Kegiatan Mahasiswa nomor satu di Universitas. Masuk dalam top 3 stasiun radio tingkat universitas terbaik yang sangat berpengaruh di bidang announcer dan broadcasting mahasiswa. Bahkan rektorat memberikan satu bangunan khusus berlantai 2 yang menjadi hak paten Erka karena suksesnya alur koordinasi dari internal UKM itu.
Cinda duduk sendirian sambil terus menatap handphone di salah satu genggamannya. Salsa–temannya yang juga salah satu announcer Erka–baru saja berlalu untuk mengurus keperluannya di Ruangan lain.
Cinda menyandarkan punggungnya di kepala sofa sekaligus menaikkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain. Hingga akhirnya menyadari salah satu pesan grup dari Arum yang sedang mengoceh karena dibiarkan menunggu sendirian di Restoran Ramen.
Arum dengan kebiasaan ceplas-ceplos dan keahlian menyumpah yang selalu berhasil menghancurkan humor receh Cinda. Puncaknya adalah saat Arum mengatakan akan mecolok setiap mata yang memandang aneh kepadanya. Lagi-lagi Cinda terkekeh tanpa ragu, beruntungnya tidak ada satupun orang di ruangan itu–menurutnya.
Sementara dari depan ruangan lain, sudah berdiri lelaki berkacamata, dengan nametag tergantung di lehernya. Berdiam selama beberapa detik memandang Cinda dari jarak kurang dari 10 meter.
Aristama si tersangka menggeleng cepat tepat setelah Cinda kembali menetralkan ekspresi wajahnya. Aristama tidak mengenal gadis itu sama sekali, yang ia tahu ia ikut tersenyum melihat Cinda tertawa menatap layar di Handphone-nya. Sangat klise. Pemuda itu memperhatikan dengan tidak sengaja, selain rambut panjang indah yang terurai sepinggang, botol air minum berwarna merah muda yang didekap dengan lengan sebelah kanan gadis itu tidak kalah menarik perhatian.
Aristama menggeleng sekali lagi, menghela napasnya sebelum beranjak meninggalkan posisinya yang semula diam membeku, hingga kini sudah melewati Cinda yang sama sekali tidak terusik bahkan menoleh.
Cinda yang masih terlarut dengan humor recehnya, sedangkan Aristama yang baru saja tidak sengaja menaruh perhatiannya.