189. crowners and talk – easy to love
Pertemuan ketiga di club & bar Crowners. Malam ini mereka berdua tidak datang di waktu-waktu dini hari seperti dua pertemuan sebelumnya. Cinda bahkan sempat izin ke mama dan papanya, tidak perlu mengendap-endap agar tidak ketahuan orang rumah untuk pulang dan pergi.
Aristama menjemput Cinda di rumahnya, laki-laki itu juga sempat berpamitan dengan orang tua Cinda. Keberuntungan sedang berpihak kepada Cinda karena kebetulan Dave sedang tidak ada di rumah sehingga ia tidak perlu menahan semburat malu karena digoda habis-habisan oleh kakak laki-lakinya itu.
Di sinilah mereka sekarang, duduk di meja kecil khusus dua orang yang posisinya tidak terlalu bising. Hanya ada dua cocktail di hadapan keduanya, no alcohol seperti yang sudah disepakati.
“How’s your day, Cinda?” Aristama menopang kedua tangannya di atas meja, pemuda itu tersenyum tipis. Posisi keduanya berhadap-hadapan.
Cinda mengerjap.
“Not … bad,” jawab Cinda. “Hari ini gue nemenin salsa siaran, pulang dari erka harusnya gue ada kelas tapi dibatalin jadinya gue langsung pulang dan sempat ikut jogging di taman komplek,” jelas gadis itu antusias.
Aristama mengangguk masih dengan garis bibir yang terangkat. “Glad to hear that.”
“Lo oke, Ar? Lo menang award erka hari ini, kata salsa itu prestisius, entah udah ke berapa kalinya gue bilang ini, tapi beneran lo keren banget!” kata Cinda brsemangat.
Aristama langsung terkekeh pelan. “Gue oke, Cinda,” pemuda itu menghela napas pelan. “Sampai sebelum gue ketemu bokap hari ini.”
Raut wajah Cinda langsung berubah. Gadis itu memang sudah menebak kalau hal ini akan terjadi, ia juga tahu hari ini Aristama mengunjungi papanya. Ini juga yang menjadi alasan mereka berada di sini sekarang.
Cinda yang masih diam membuat Aristama paham kalau gadis itu bingung.
“But I did well, Cin.” Aristama berkata. “Gue akan tetap di jalan gue, walau bokap udah sangat membenci anak tunggalnya ini. Sekarang tinggal gimana gue ngehadapain nyokap, she is my greatest treasure, I can’t live with her, gue takut nyokap akan benci gue juga karena gak bisa nurutin kemauannya,” tambahnya.
Cinda mengangguk-angguk mengerti, Aristama will be Aristama. Pemuda itu berani mengambil risiko.
“Mama lo bakal support lo, Ar. Percaya sama gue.” “Oh ya? Lo kenapa sepercaya itu? lo baru ketemu dia sekali,” Aristama memasang wajah penasaran. “Gue yakin aja.” Cinda menjawab.
Kembali hening. Aristama masih memandang lurus ke arah Cinda, sementara sang gadis sibuk menyeruput minumannya.
“Ar, gue iri sama lo.” Cinda berkata tiba-tiba membuat Aristama yang tadinya baru ingin menarik gelas minumannya langsung mengurungkan niat.
“Hm?” “Karena lo punya bakat dan lo konsisten akan itu.” “Emangnya lo engga?” “Gue gak bisa apa-apa, Ar.”
Aristama memperbaiki posisi duduknya, ia terlihat tertarik dengan topik pembicaraan ini.
“But, you looks confident with yourself,” kata Aristama, kini matanya menatap Cinda lebih intens. “Orang tua lo menerima apapun pilihan lo, mereka gak pernah mengekang lo, dan selalu mendukung lo, right?” sambungnya.
Cinda tersenyum dan mengangguk membenarkan. “That’s why I confident,” jawab Cinda. “Gue selalu senang ngeliat orang-orang di sekitar gue grow and glow, tapi dalam waktu yang sama gue bertanya-tanya why i can’t be like them, gue selalu ngerasa stuck dan berputar di comfort zone gue.” Cinda kini menundukkan pandangannya, tidak sadar pembicaraan jadi sedalam ini.
“You don’t need to be them, lo harus tau pencapaian paling tinggi adalah saat kita bisa menerima diri, kayak lo sekarang ini, gak ada salahnya following the road.”
“Duh, emang beda ya kalau ngobrol sama ahlinya,” celetuk Cinda mencairkan suasana.
Aristama ikut terkekeh. “Ada-ada aja, gue penyiar, bukan motivator.”
“Kalau gitu, lo harus following the road juga, lo milih mimpi lo sebagai penyiar jadi lo harus percaya diri what ever the ending. Im on your side, Ar.”
Aristama tersenyum lembut. “Me too, Cinda.”
Setelah itu, mereka berdua sama-sama menyeruput minuman di hadapan masing-masing. Mereka tidak sadar kalau baru saja mereka kembali berbagi kisah yang sebelumya tidak pernah mereka bagikan ke orang lain.