145. Malam Minggu

Aruni melangkah memasuki auditorium yang riuh dengan suara musik seni yang sedang mengiringi penari di atas panggung. Rupanya acara sudah dimulai.

Noah melangkah lebih dulu membiarkan Aruni mengikutinya dari belakang. Beberapa kali ia menoleh memastikan Aruni tidak hilang arah di tengah keramaian acara malam itu.

Setelah melewati berbagai booth dan orang yang berlalu lalang. Tibalah mereka di arena VIP yang berada di sayap kanan auditorium.

Sepanjang memasuki tempat itu, Aruni sibuk memperhatikan detail acara yang sedang ia datangi ini. Selain karena Aruni harus mencontoh acara tersebut, Aruni juga mengakui konsep acara itu memiliki konsep yang bagus. Wajar saja ia diminta untuk datang.

“Woi, Noah!” Aruni yang baru saja melakukan scan undangan VIP langsung menoleh mendengar teriakan itu.

Noah yang terpanggil sudah tersenyum sumringah dan langsung menyambut uluran tangan pemuda berjas hitam di hadapannya.

“Apa kabar, Ga?” Tanya Noah.

“Baik gue, lu yang apa kabar? kaget gue kok lu yang datang?” jawab pemuda itu. Namanya Rangga.

“Lagi gue yang bisa, ohiya ini Aruni ketua panitia acara di kami nanti,” Noah tiba-tiba memperkenalkan Aruni. Aruni reflek melangkah mensejajarkan posisinya dengan Noah untuk menerima uluran tangan Rangga.

“Rangga, ketua UKM KLM di sini,” kata Rangga memperkenalkan diri. “Oalah cewek juga nih ketupat lu nanti,” sambung Rangga.

“Iya, keren dia. Track recordnya dari SMA bagus,” jawab Noah.

“Baguslah kalau gitu, nah itu Afifah, ketua panitianya,”

Dari arah berlawanan, gadis dengan rambut pendek sebahu datang dekan talkie walkie di tangannya. Terlihat sibuk sekali. Akan tetapi, wajah seriusnya berubah tersenyum saat Rangga melambaikan tangan memanggil.

“Fah, ini tamu dari kampus sebelah,”

Afifah tersenyum menyapa, mereka saling memperkenalkan diri.

“Eh gue sampe lupa, makan dulu lah kalian yuk. Abis ini Aruni bisa ikut Afifah keliling booth,” kata Rangga yang diangguki oleh Afifah.

Aruni dan Noah pun mengikuti arahan Rangga. Mereka berjalan ke arah prasmanan yang ada di arena VIP. Jarang-jarang Aruni melihat prasmanan disediakan di acara organisasi seperti ini.

Noah mengambil antrean lebih dulu, masih ada 2 tamu yang sedang mengambil makanan di depan mereka. Aruni lagi-lagi mengekor di belakang Noah.

Noah mengambil piring dari atas meja. “Run, ini,” panggil Noah.

Aruni mengerjap, Noah memberinya piring kosong yang diambilnya itu.

“Makasih, Kak,” jawab Aruni. Otaknya masih berproses tentang apa yang barusan dilakukan Noah itu, tapi Aruni belum bisa berpikir jernih karena ada antrean baru di belakangnya. Ia harus segera menyelesaikan adegan mengambil makanan itu.